SEVEN DEADLY SINS
Detektif
Meyer dibuat pusing dengan kasus yang baru sampai di atas mejanya
pagi ini. Semalaman istrinya tengah mengomel tentang barang-barang
yang kian menjulang harganya. Meyer memijat pelipisnya, terlalu
banyak begadang membuat kepalanya sering terserang migrein.
“Jadi,
M apakah kau siap untuk berangkat ke TKP?” Rade rekan kerjanya yang
juga sahabatnya menghampiri, duduk di atas meja seperti biasa.
“Baiklan,
sebelum Larry memarahiku, kita berangkat ke TKP. Kau yang menyetir.”
Meyer melempar kunci pada Rade.
Di
TKP, korban yang merupakan anak seorang pengusaha kaya raya,
profilnya baru saja tampil dalam sebuah majalah Forbes, tergeletak di
atas ranjangnya. Tanpa sehelai baju, mata membelalak ke atas, tepat
di dinding tertulis sebuah kata yang membuat Meyer memijat kembali
kepalanya, migreinnya mendadak kambuh.
LUST.
**
“Kau
tahu, aku memiliki banyak saham di setiap perusahaan,” lelaki botak
dengan jas hitam serta kemeja yang sedikit terbuka, “asal kau tahu,
semua ini tak ada apa-apanya dengan kekayaan yang aku punya.”
Tangannya memamerkan koleksi permata yang dia punya.
“Semua
ini bernilai lebih, kau tahu?” Jack mengangguk, dia hanya
menginginkan malam ini selesai secepatnya. Karena tak tahan dengan
pembicaraan yang membuatnya ingin segera berdoa.
“Mr.
Alex, tahukah kau mengapa kekayaan itu dapat membutakan?” Sinis,
tatapan lelaki botak itu kepada Jack. Dengan pandangan yang pasti dia
menaikkan sebelah bibirnya.
“Karena
aku memang pantas untuk kaya dan hey lihat mataku! Aku tidak buta!”
Sesaat ketika Alex menoleh, Jack sudah menodongkan pistol tepat pada
dahinya.
**
Meyer
merasa gusar, melihat tulisan dengan darah tepat di atas mayat Mr.
Alex tergeletak di lantai tempat koleksi permatanya. Tidak ada yang
hilang sama sekali, dugaan perampokan tentunya bukan alasan yang
dapat dia laporkan pada Larry.
PRIDE.
“Ini
tidak lucu, Rade. Ada seseorang yang bermain-main dengan kita.”
Meyer merasa migrein yang dideritanya ini selalu menyerang dikala
waktu yang tidak tepat.
“M,
kau istirahat sajalah. Biar aku yang menangani kasus ini. Dia
meninggalkan jejak berupa tulisan, tapi tidak satu pun aku bisa
melihat sidik jarinya.” Rade mendesah sambil memainkan jenggotnya.
Memandang tulisan yang diukir menggunakan darah Mr. Alex.
**
“Ini
gila!! Seminggu dengan kasus pembunuhan. Hanya meninggalkan tulisan
tangan yang bedebah itu!” Meyer benar-benar merasa frustasi. Semua
berkas ada di tangannya. Enam pembunuhan dengan motif yang berbeda.
Tulisan yang berbeda pula. Rade hanya bisa memperhatikan foto-foto
yang terpajang di atas meja.
SLOTH.
Kasus
yang menimpa seorang pengemis jalanan, dia terbunuh di kamar
apartmentnya di kawasan kumuh. Tanpa kulit yang membungkus tubuhnya,
sudah terkelupas dan terpajang di ranjang dengan sangat tidak
terhormat. Mata mayat itu terbelalak, mulutnya terbuka lebar dan kaki
serta tangannya diikat di antara sisi ranjang. Foto itu terpajang
tepat di hadapan Meyer, dia memijat kembali pelipisnya, sudah dua
aspirin ditenggaknya pagi ini.
ENVY.
Wanita
gemuk di dalam foto itu tersungkur di lantai. Dengan foto-foto gadis
bertubuh langsing, suaminya tak dapat berkata-kata lagi saat Rade
mengunjungi TKP. Perihal perselingkuhan sang suami sempat dijadikan
alasan sebagai pembunuhan. Namun, alibi sang suami yang ternyata
sudah beberapa tahun terakhir tidak lagi serumah dengan istrinya ini
membuat Rade menelaah kembali. Bahkan sang suami baru dikabari ketika
sang istri ini sudah meninggal dunia. Mereka tak memiliki kontak
semenjak satu setengah tahun terakhir.
GREED.
Tidak
ada yang menyangka kalau seorang Akuntan seperti korban dalam foto
tersebut menjadi sasarannya, tidak ada yang tahu siapa pembunuh
sebenarnya. Membuat Rade semakin tidak dapat tidur, semalaman dia
mencari cara untuk mengungkap keenam pembunuhan ini. Sementara Meyer
baru saja selesai berobat ke dokter pribadinya. Dia benar-benar
depresi tampaknya. Dan Larry kau tahu, seperti bos kebanyakan, dia
hanya akan menuntutmu untuk menyelesaikan kasus ini.
Akuntan
bernama William ini ternyata baru saja mengkorupsi uang di
perusahaannya. Dari pesan yang ditulis sang pembunuh, jelas sudah
tentang makna bahwa pembunuhan ini sudah di rencanakan dengan baik.
Tidak ada kesalahan satu pun. William meninggal dengan tangan yang
dipotong, kemudian beberapa luka tusuk pada punggungnya.
GLUTTONY.
Pria
bertubuh besar, meninggal dalam posisi duduk di meja makannya.
Beberapa kotak pizza dengan salad dan makanan lain masih hangat
tersaji. Rade merasa sang pembunuh selangkah lebih maju. Mayatnya
mati karena keracunan, makanan yang tersaji ternyata sudah di campur
dengan bahan kimia berbahaya. Bau busuk menguar.
“M, kalau dalam kitab bukankah tinggal satu lagi yang harus kita perhatikan? Wrath! Kau tahu? Kemarahan! Dan selama seminggu untuk bagian ini masih belum kita temukan.” Rade merasa mendapat ide. Sehingga dia langsung menelpon Meyer yang tengah berada di rumah. Tapi mesin penjawab yang aktif, dia langsung menyambar jaketnya menuju rumah Meyer dengan mobil.
Seketika
tubuh Rade mematung di depan pintu yang tidak terkunci. Tubuh Meyer
digantung, terikat dari tali yang menjulur dari pagar lantai dua.
Sementara Rose, istri Meyer meninggal dengan keadaan duduk, pisau
tertancap di jantungnya. Tertulis dengan darah pada dinding rumah
Meyer :
WRATH.
*****
Terinspirasi dari Film berjudul 7 Deadly Sins yang dibintangi Morgan Freeman dan Brad Pitt.
Ditulis oleh : @ipehalena
Hak cipta : @ipehalena
Ditulis oleh : @ipehalena
Hak cipta : @ipehalena
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan bahasa yang baik, sertakan juga nama dan link bagi pengguna platform lain. Terima kasih untuk waktunya telah singgah di sini.